Literasi di Makassar masih berada di level dua yakni baca dan menulis. Kondisi ini membuat warga rentan terpapar radikalisme dan berita hoaks.
Kedepan diharapkan masuk tahap lima sehingga menjadi jadi produsen, bukan lagi konsumen yakni membuat dan menciptakan.
“Kepala perpustakaan nasional, syarif bando memberitahukan bahwa kita tidak bisa bergerak maju sepanjang menjadi konsumen setelah kita baca harus ada kemampuan analisa karena rendah gampang terpapar radikalisme, hoaks,” sambungnya.
Upaya lainnya melalui workshop dan kampanye baca untuk penguatan karakter sejak dini. Kemudian, membuat seluruh sekolah di Makassar memiliki perpustakaan dan berstandar Internasional.
Pihaknya juga berkoordinasi dengan Bunda Literasi Makassar, Indira Yusuf Ismail. Arahannya, anak Makassar tetap mencintai buku, karena dengan membaca buku banyak proses yang didapat anak.
“Literasi ini harus dibangun dari SD karena terkait dengan karakter kami harus masuk lorong,” tutupnya.