klikkiri.co – Pengamat Politik Fisip Unhas, Hasrullah menilai, Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) RI Prof Zudan Arif Fakrulloh telah menunjukkan sebaiknya beliau berpikir jernih dalam mematahkan persoalan kepemimpinan birokrasi.
Hal tersebut terlihat saat Prof Zudan menanggapi proses pengembalian jabatan Eselon I Abdul Hayat Gani. Apalagi beredar kabar Presiden Prabowo Subianto melalui Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) telah memerintahkan Mendagri dan BKN melaksanakan putusan PTUN terkait dengan gugatan Abdul Hayat Gani.
“Seharusnya mempelajari secara baik dengan analisis mendalam soal keputusan Presiden yang dialamatkan ke Mensesneg. Pelajari baik-hasil keputusan hukum, baru berbicara di depan publik,” ungkap Hasrullah kepada media, Minggu, 12 Januari 2024.
“Kalau surat dari presiden melalui Mensesneg sudah turun, seharusnya sebagai seorang birokrat, dia (Kepala BKN) harus menganalisis, menggunakan ilmu pemerintahan, lalu menjawab sesuai aturan, bukan mencari kambing hitam,” tambahnya.
Tanggapan yang dilontarkan Prof Sudah tidak menunjukkan kapasitas dirinya baik sebagai PJ Gub Sulsel maupun kepala BKN RI. Sama sekali tidak menyinggung putusan PTUN memiliki kekuatan hukum tetap (inkrah) yang mengembalikan jabatan Abdul Hayat Gani sebagai Sekda Pemprov Sulsel.
“Saya menganggap dia seperti orang yang mau belajar. Dia tidak matang dalam pengambilan keputusan. Apa hubungannya komitmen laki-laki dengan aturan undang-undang yang mengikat,” tegasnya.
Hasrullah juga menyinggung pernyataan ambigu Prof Sudan yang mengatakan ingin melanjutkan jika Abdul Hayat Tidak Mau.
Tak hanya itu, dirinya juga mengkritisi pernyataan Prof Sudah soal komitmen seorang pria
“Maksudnya dia akan Lanjutkan apa ?Komitmen dalam tatanan birokrasi pemerintahan tidak ada hubungannya laki-laki dan perempuan. Justru ini apa yang disebut bias gender,” pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala BKN RI Prof Zudan Arif Fakrulloh menanngapi perjuangan Abdul Hayat jabatan eselon II secara tidak profesional.
“Pak Hayat Komitmen cukup eselon II. Kalau dia mau mengejar eselon I berarti melanggar komitmen. Tidak boleh,” kata Prof Zudan di Makassar pada Sabtu (11/1/2025).
“Pak Hayat sudah dilantik jadi eselon II dan buat pernyataan eselon II. Kalau dulu dia gak mau, saya suruh lanjutkan. Pak Hayat harus komit, laki-laki harus jaga komitmen,” lanjutnya.